Bentrok yang terjadi di sekitar kawasan Jakarta Pusat dalam aksi demonstrasi pasca pemilu 22 Mei, menyebabkan korban jiwa. Sedikitnya dua ko...
Bentrok yang terjadi di sekitar kawasan Jakarta Pusat dalam aksi demonstrasi pasca pemilu 22 Mei, menyebabkan korban jiwa.
Sedikitnya dua korban dinyatakan meninggal dunia yang ditangani oleh RSUD Tarakan, Jakarta Pusat.
Adam Nooryan, warga Jembatan Lima Tambora, Jakarta Pusat, adalah salah satunya. Berusia 18 tahun, kepergian Adam meninggalkan duka yang cukup dalam bagi keluarga.
Tampak raut kesedihan terpancar dari wajah kedua orangtua Adam. Menurut Nurwasito, ayah Adam, anaknya dikenal merupakan sosok yang aktif hingga memiliki banyak teman.
"Dia temannya banyak, dimana-mana. Anaknya juga cukup aktif, di masjid aktif, di karangtaruna juga aktif. Saat pergi, dia gak pamit mau kemana," kata Nurwasito, pada TribunJakarta, Rabu (22/5/2019).
Adam, diketahui anak sulung dari tiga bersaudara. Sebelum meninggal, ia berprofesi sebagai seorang barista di salah satu kafe yang terletak di Pluit, Jakarta Utara.
Menurut Nurwasito, anaknya itu sempat bertemu dengannya seusai pulang bekerja pada 21 Mei sore hari dan menceritakan rencana keikutsertaannya dalam aksi 22 Mei tersebut.
"Iya, dia pulang kerja sekitar habis buka puasa ketemu saya. Sempat mengobrol, dia cerita 'Ah, besok mau ikut ah aksi di sana'. Dia mau ke sana, gak ada yang tau ternyata dia malah menjadi korban," kata Nurwasito bercerita.
Menurut pengakuannya, Adam meninggal dunia sekitar pukul 04.30 WIB pagi ini di RSUD Tarakan. Ia dilarikan ke rumah sakit tersebut setelah menderita luka yang diduga merupakan luka tembak di bagian dadanya.
Nurwasito pun mengaku pasrah. Tampak raut kesedihan serta linangan airmata tampak dari wajahnya.
"Kalo masalah peluru, memang gak keliatan ada peluru apa nggak. Yang jelas ada lubang di belakang punggung, tembus ke sini (nunjukin dada). Cuma nggak tau saya. Kita kelurga ikhlas aja, biar masalah ini menjadi wewenang pihak kepolisian," kata dia.
Sementara itu, Yuliana Ibu Adam mengaku tidak tahu menahu mengenai rencana anak sulungnya yang ingin pergi ke aksi 22 Mei 2019.
Ia mengungkapkan bahwa Adam, sebelumnya sempat tidur di rumah seusai pulang bekerja. Ia pun mengaku mendengar anak sulungnya itu menerima telfon dari rekannya sekitar pukul 01.00 WIB dini hari.
"Dia tidur, pulang bekerja tidur. Tiba-tiba sekitar jam 1 malam dia dapat telfon dari temannya. Dia langsung mandi dan pergi," kata Yuliana.
"Itu jam 1 malam, sebelum dia ke massa aksi itu. Lalu jam 4 masih whatsappan sama saya, dan tiba-tiba jam setengah lima, temannya ngabarin saya disuruh ke RSUD Tarakan," ungkap Yuliana.
Terpukul karena kepergian Adam, ia tak bisa bercerita banyak mengenai sosok anak sulungnya itu.
Ibu berusia 45 tahun ini, menyebut bahwa terakhir kali ia berkomunikasi dengan anaknya itu sekitar pukul 04.00 WIB untuk menanyakan keberadaannya.
Yuliana pun sempat menanyakan sahur kepada anaknya itu. Namun tak disangka, pesan singkat tersebut merupakan percakapan terakhir dirinya dengan sang anak.
"Jam 4.00 WIB masih WA sama saya. Saya tanya dimana? kata dia disini bu. Lalu saya tanya lagi, udah sahur apa belum? Terus dia bilang sudah. Itu dia sudah di tempat demo pas WA. Lalu temennya yang telepon ke saya sekitar pukul 4.30 WIB suruh ke Tarakan," kata Yuliana.
"Gak disangka, semua terjadi begitu cepat," ujarnya.
Sedikitnya dua korban dinyatakan meninggal dunia yang ditangani oleh RSUD Tarakan, Jakarta Pusat.
Adam Nooryan, warga Jembatan Lima Tambora, Jakarta Pusat, adalah salah satunya. Berusia 18 tahun, kepergian Adam meninggalkan duka yang cukup dalam bagi keluarga.
Tampak raut kesedihan terpancar dari wajah kedua orangtua Adam. Menurut Nurwasito, ayah Adam, anaknya dikenal merupakan sosok yang aktif hingga memiliki banyak teman.
"Dia temannya banyak, dimana-mana. Anaknya juga cukup aktif, di masjid aktif, di karangtaruna juga aktif. Saat pergi, dia gak pamit mau kemana," kata Nurwasito, pada TribunJakarta, Rabu (22/5/2019).
Adam, diketahui anak sulung dari tiga bersaudara. Sebelum meninggal, ia berprofesi sebagai seorang barista di salah satu kafe yang terletak di Pluit, Jakarta Utara.
Menurut Nurwasito, anaknya itu sempat bertemu dengannya seusai pulang bekerja pada 21 Mei sore hari dan menceritakan rencana keikutsertaannya dalam aksi 22 Mei tersebut.
"Iya, dia pulang kerja sekitar habis buka puasa ketemu saya. Sempat mengobrol, dia cerita 'Ah, besok mau ikut ah aksi di sana'. Dia mau ke sana, gak ada yang tau ternyata dia malah menjadi korban," kata Nurwasito bercerita.
Menurut pengakuannya, Adam meninggal dunia sekitar pukul 04.30 WIB pagi ini di RSUD Tarakan. Ia dilarikan ke rumah sakit tersebut setelah menderita luka yang diduga merupakan luka tembak di bagian dadanya.
Nurwasito pun mengaku pasrah. Tampak raut kesedihan serta linangan airmata tampak dari wajahnya.
"Kalo masalah peluru, memang gak keliatan ada peluru apa nggak. Yang jelas ada lubang di belakang punggung, tembus ke sini (nunjukin dada). Cuma nggak tau saya. Kita kelurga ikhlas aja, biar masalah ini menjadi wewenang pihak kepolisian," kata dia.
Sementara itu, Yuliana Ibu Adam mengaku tidak tahu menahu mengenai rencana anak sulungnya yang ingin pergi ke aksi 22 Mei 2019.
Ia mengungkapkan bahwa Adam, sebelumnya sempat tidur di rumah seusai pulang bekerja. Ia pun mengaku mendengar anak sulungnya itu menerima telfon dari rekannya sekitar pukul 01.00 WIB dini hari.
"Dia tidur, pulang bekerja tidur. Tiba-tiba sekitar jam 1 malam dia dapat telfon dari temannya. Dia langsung mandi dan pergi," kata Yuliana.
"Itu jam 1 malam, sebelum dia ke massa aksi itu. Lalu jam 4 masih whatsappan sama saya, dan tiba-tiba jam setengah lima, temannya ngabarin saya disuruh ke RSUD Tarakan," ungkap Yuliana.
Terpukul karena kepergian Adam, ia tak bisa bercerita banyak mengenai sosok anak sulungnya itu.
Ibu berusia 45 tahun ini, menyebut bahwa terakhir kali ia berkomunikasi dengan anaknya itu sekitar pukul 04.00 WIB untuk menanyakan keberadaannya.
Yuliana pun sempat menanyakan sahur kepada anaknya itu. Namun tak disangka, pesan singkat tersebut merupakan percakapan terakhir dirinya dengan sang anak.
"Jam 4.00 WIB masih WA sama saya. Saya tanya dimana? kata dia disini bu. Lalu saya tanya lagi, udah sahur apa belum? Terus dia bilang sudah. Itu dia sudah di tempat demo pas WA. Lalu temennya yang telepon ke saya sekitar pukul 4.30 WIB suruh ke Tarakan," kata Yuliana.
"Gak disangka, semua terjadi begitu cepat," ujarnya.
Kuliah Beasiswa...?? Klik Disini
Gambar : TribunNews.com
Sumber : TribunNews.com
Tidak ada komentar